.quickedit{display:none;}

Jumat, 26 Desember 2014

Artikel Feature (Nurlaila Maidah)

HARTA KARUN DALAM GENTONG
By : Nurlaila Maidah
           
            Saat awan hitam mengepul dan dengan tegasnya berkilat dan bergelegar dilangit kedawung bertanda hujan akan turun, seorang pria paruh baya dengan mengenakan baju kokoh kuning bercorak batik, memakai celana hitam, peci hitam sibuk melayani pelanggannya yang membeli empal gentong. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para pelanggan dengan senyuman yang lembut dilihat dari caranya menyambut dan memperlakukan pelanggan-pelanggannya. Dengan bangunan sederhana cat tembok putih dan kayu yang bercatkan coklat, meja kayu panjang beralaskan lemek dan kursi kayu panjang persis meja yang disediakan, aroma khas empal gentong dengan rempah-rempah yang khas tercium saat tutup gentong yang berisikan empal tersebut dibuka, rumah makan empal gentong tersebut berada di Jalan Ir. Djuanda no. 28 rt 3 rw 2 Jalan Raya Kedawung Cirebon yang diberi nama Empal Gentong H. Khasan.
            Pemilik rumah makan tersebut adalah pria kelahiran 50 tahun silam yang bernama lengkap H. Sholehudin, merupakan ayah dari tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Suharti. Yaitu orang yang menyambut ramah dengan senyuman yang lembut tadi. H. Sholehudin beserta keluarganya tinggal di rumah makan miliknya ini. Rumah makan tersebut menggantet dengan rumahnya yang berada dibelakang rumah makan.
Ia mengungkapkan bahwa empal gentong H. Khasan telah berdiri dari tahun 50an. “ Empal gentong H. Khasan ini udah berdiri dari sekitar tahun 50an” . Ucapnya H. Sholehudin sambil tersenyum ramah. Berdirinya empal gentong H. Khasan merupakan hasil turun temurun dari keluarga Suharti yaitu istri H. Sholehudin. “ yang mendirikannya yaitu oleh bapak H. Khasan , bapak H. Khasan ini merupakan kakek dari istri saya”. Ungkapnya. Dan ternyata nama rumah makan H. Khasan sendiri karena rumah makan empal gentong tersebut didirikan oleh kakek istri H. Sholehudin yaitu H. Khasan.
Keramaian lalu lintas di Jalan Raya Kedawung ini membuahkan hasil yang cukup fantastis dan memang tak terbantahkan lagi. Menurut H. Sholehudin setiap harinya rumah makan empal gentong H. Khasan ini menghabiskan kurang lebih 6kg daging sapi sehingga jika dikalkulasikan dapat mengahasilkan 500ribu sampai 1juta per hari. Biasanya ia membuka rumah makan tersebut dari jam sembilan pagi hingga sembilan malam dan buka setiap hari kecuali bulan puasa. “ saya ga buka kalau bulan puasa, ga mau buka karena saya mengahargai orang yang lagi puasa, dosa juga kan kalau saya buka saat bulan puasa, sama aja menggoda mereka yang lagi puasa”. Katanya. Ternyata H. Khasan sangat religius dilihat dari pakaiannya dan ketika bulan puasa pun rumah makan miliknya tidak buka sama sekali, menurut warga sekitarpun H. Khasan adalah imam musholah yang berada didekat rumahnya itu.
Dengan penghasilannya kini selain dapat mencukupi kebutuhan keluarganya ia juga berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat perguruan tinggi. “anak saya yang pertama udah kuliah diluar negeri walaupun dengan beasiswa, kemudian anak saya yang kedua kuliah di UNJ dengan beasiswa juga, dan anak saya yang ketiga kuliah disekitar sini aja, karena dia perempuan jadi saya melarangnya kuliah jauh-jauh saya khawatir”. Ungkap H. Sholehudin. Kini istrinya juga merambah dunia bisnis lainnya yaitu dengan menjual bawang goreng yang telah terkemas rapih dibantu oleh para karyawannya. Jika bukan karena ketekunannya ini tidak mungkin H. Sholehudin dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Rumah makan empal gentong H. Khasan saat ini telah memiliki 4 karyawan yang setiap harinya membantu bapak H. Sholehudin beserta istri. Beliau menceritakan, dulu hanya dirinya beserta istri yang melayani dan mengelolah, akan tetapi dengan kegigihannnya lambat laun empal gentong yang ia kelolah mengalami kemajuan hingga akhirnya ia dapat mempekerjakan 4 karyawan. Biasanya karyawan-karyawannya mempunyai tugas masing-masing, ada yang membantu di rumah makan, dan ada pula yang membantu istri H. Sholehudin yaitu mengupas bawang yang kemudian akan dijadikan bawang goreng yang siap saji.
Kini empal gentong H. Khasan yang ia kelolah telah merambah keberbagai daerah sekitar Kabupaten Cirebon. Sebenarnya pusat empal gentong H. Khasan ini berada di daerah Jamblang, akan tetapi karena daerah Kedawung merupakan daerah yang cukup ramai maka bapak H. Sholehudin mengelolah dan menempati rumah makan empal gentong H. Khasan yang berada di Jalan Raya Kedawung. Jadi rumah makan empal gentong H. Khasan yang berada di daerah Jamblang tersebut dikelolah oleh Sukirno adik dari Suhati istri H. Sholehudin, kemudian ada pula di daerah pasar Tegal Gubug yang dikelolah oleh adik Suharti juga yaitu Suharjo.
Walaupun ia hanya meneruskan warisan dari keluarganya akan tetapi dalam dunia bisnis apalagi kuliner pasti ada pasang surut dan persaingan antar pengusaha. Namun H. Sholehudin beserta istri tidak pernah menyerah dan terus mempertahankan hasil warisan dari keluarga istrinya ini. Dengan banyaknya persaingan bisnis juga ia mengaku bahwa ia terus mempertahankan dan menggunakan resep turun temurun hingga kini tanpa mengubah atau mengilangkan satu bahan pun. Dengan mempertahankan resep turun temurun itu berarti menjaga cita rasa empal gentong itu sendiri, karena jika tidak mempertahankan dan menggunakan resep yang digunakan turun temurun itu bisa merubah kualitas dan cita rasa dari empal gentong itu sendiri.
Tujuan dari mempertahankan rumah makan empal gentonya ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup akan tetapi mempertahankan dan menjalankan warisan leluhurnya secara ikhlas dan sabar. Dalam dunia bisnis juga harus adanya manajemen keuangan. “harus bisa ngelola uang, kalau lagi surut ya harus dikelola bagaimana pun caranya biar tetep bisa buat belanja bahan-bahan”. Ujar H. Sholehudin.
H. Sholehudin berharap “empal gentong itu kan khas Cirebon, jadi saya berharap agar warisan leluhur kita ini jangan terabaikan, apa lagi ditinggalkan”. Ungkapnya. Warisan budaya adalah sebuah peninggalan yang sebenarnya sangat berharga sekali, jika warisan budaya kia semakin dikenal banyak oarang maka yang bangga adalah kita sendiri, seperti halnya rendang yang sudah mendunia dan disukai banyak orang didunia ini, maka jika rendang saja dapat mendunia jadi empal gentong juga diusahakan dapat mendunia dengan cara tetap mewariskan dan melestarikan resepnya.

Selain itu jika seorang dapat bersabar dan ikhlas maka semuanya akan menjadi mudah. Jika seorang tidak sabar hanya memendam emosi maka apapun yang ia kerjakan akan menjadi berantakan dan tak sesuai harapan. “kuncinya yaitu karena dalam dunia usaha itu ada pasang surutnya maka harus sabar dalam menghadapi keadaan tersebut.” Ucapnya dengan lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar