.quickedit{display:none;}

Minggu, 28 Desember 2014

Artikel Feature (Angie Septiani)

“Akhir Dari Kesabaran Yang Berbuah Manis”
(Angie Septiani)

Negara Indonesia terdiri dari berpuluh-puluh ribu pulau. Ratusan bahkan mungkin ribuan suku dan budaya, begitu pula dengan  aneka macam batik yang dimiliki Indonesia. Batik merupakan  pakaian khas dari Indonesia yang sudah di akui oleh UNESCO pada tahun 2009 dan sudah menjadi sebuah identitas bagi pemakainya. Batik mempunyai berbagai macam motif dan corak yang berbeda dibeberapa daerah Indonesia yang mempunyai arti dan maknanya tersendiri. Batik hampir dapat kita temui hampir diseluruh daerah Indonesia. Corak dan motif dari masing-masing daerah pun berbeda seperti Yogyakarta, Banyumas, Solo, Bali, Aceh, Cirebon, dan masih banyak lagi.
      Lelaki yang satu ini umurnya sudah lebih dari setengah abad dengan rambutnya yang sudah berubah keseluruhannya menjadi warna putih, bahasa yang digunakan pun campuran antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, wajah yang sudah mempuyai kerutan diarea sekitar mata, tetapi masih kelihatan sehat dan bersemangat. Saat itu, beliau memakai kemeja berwarna merah dengan bermotif batik mega mendung. Sangat terlihat jelas dari pakaian yang dikenakannya, bahwa beliau sangat mencintai batik. Lelaki tersebut bernama Bapak Katura A.R, Pemilik Sanggar Batik Katura di jln.Syekh Datul kahfi Trusmi Kabupaten Cirebon beliau berusia 62 tahun yang sangat peduli dengan seni dan budaya, khususnya batik. Beliau dilahirkan di Trusmi pada tanggal 15 Desember 1952. Beliau anak ke 9 dari 10 bersaudara. Beliau anak dari  Ranima dan Kasmin, beliau dari kelurga pengrajin batik. Semasa kecil, beliau selalu membantu bapak dan ibunya. Mulai dari usia 11 tahun sepulang sekolah beliau membantu bapak dan ibunya membuat batik dengan keuletannya, karyanya pun sangat bagus. Sanggar Batik Katura merupakan sanggar batik yang didirikan secara turun temurun oleh setiap generasi dikeluarga bapak Katura.  
Dengan usianya yang sudah tidak muda lagi, Bapak Katura masih saja menyibukkan dirinya dengan memantau pekerja batik tulis dan para pekerjanya yang sedang membuat pewarnaan alami untuk batik yang diproduksinya. Pekerja yang bekerja dengan Bapak katura adalah saudara dekatnya. Karena beliau saat itu belum bisa menggaji pekerja, jadilah para saudara-saudara beliau yang membantu usahanya. Selain memproduksi batik, Sanggar Katura juga menerima pelatihan membatik bagi siapa saja yang ingin merasakan membuat batik hasil karyanya sendiri. Pelatihan batik baru ada pada tahun 90-an, untuk Umum Sanggar Batik Katura mematok harga Rp. 50.000 per orang dan untuk siswa  Rp. 40.000 per siswa. Sungguh hebat beliau ini, walau kondisinya yang mulai menua beliau masih saja bersemangat untuk memajukan batik, terutama batik Cirebon agar dikenal oleh Negara luar. Sampai didirikannya pelatihan batik, untuk mengenalkan pada generasi muda cara pembuatan batik terutama batik tulis. Pada zaman sekarang ini saat semuanya memakai cara “CAP” dalam pembuatan batiknya, di Sanggar Batik Katura pembuatannya masih mempertahankan pembuatan secara tulis yang cendrung agak susah. Namun, dengan begitu Sanggar Batik Katura memiliki kekhasan tersendiri dari toko pengrajin batik lainnya. Menurut beliau “Sekilas Batik Tulis yang menggunakan Cating dan Lilin akan terlihat beda dibandingkan dengan batik yang pembuatannya memakai cara “CAP”, keindahan pada batik tulis sangat nyata terlihat oleh mata ketimbang yang menggunakan “CAP” , ujarnya.
      Dari semua macam-macam motif batik yang ada, motif yang hanya diminati oleh masyarakat ada dua macam yang pertama ada Batik motif Keraton dan Batik motif Pesisir. Tetapi dari dua itu, hanya batik bermotif pesisir saja yang banyak peminatnya itu dikarenakan batik bermotif pesisir ini warnanya bermacam-macam, motif yang menggunakan flora dan fauna baik dari darat maupun dari laut warnanya  juga cendrung terang.
Usaha turun menurun yang sekarang dirintisnya kini, dulu hanya dijual dipekarangan rumahnya saja rumah tersebut juga merupakan rumah turunan. Karena menjualnya hanya dirumah jadi hanya penduduk sekitar rumah lah yang datang untuk membeli. Itu pun tidak banyak orang yang berkunjung untuk membeli. Tetapi dengan rasa gigih yang luar biasa, semangat beliau mempertahankan batik dan seiring berjalannya waktu, batik-batik beliau semakin dikenal masyarakat luas. Dan pada akhirnya, Bapak Katura bisa membuat sebuah toko khusus untuk menjualkan hasil batiknya tersebut. Tepat didepan rumahnya yang dulu sebagai tempat sementara menjualkan batik-batiknya, sekarang Bapak Katura bisa membuat sebuah toko untuk diisi oleh berbagai hasil batik yang diproduksi sendiri oleh Sanggar Batik Katura. Toko yang tidak begitu besar, namun bisa menampung berbagai hasil batik-batiknya ini kini sangat ramai banyak dikunjungi oleh berbagai masyarakat Indonesia. Bahkan, pada waktu masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono serta didampingi istri tercinta yaitu Ibu Ani Yudhono saat beliau berkunjung ke Kota Cirebon bapak presiden kita ini meyempatkan diri mampir ke Sanggar Batik Katura untuk melihat-lihat hasil batik Bpk Katura  dan membeli beberapa batik sebagai buah tangan atas kunjungannya ke Kota Cirebon.
            Apakah peminat batik bapak saat ini hanya masyarakat dalam negri saja? “ Saat ada acara di Sanggar Batik Katura, yaitu Indonesia Wo Tonoshimukai saat itu peminat batik adalah orang-orang dari Negri Jepang, saai itu 80% peminatnya karena mereka menyukai motif batik yang masih original. Mereka pernah membeli batik dari sanggar bapak ini mulai dari harga Rp. 500.000 hingga harga Rp. 15.000.000” jawab beliau dengan lugas. Pendapatan Bapak Katura sekarang sudah mencapai Rp. 1.000.000; per bulan, dengan penghasilan yang cukup besar Bapak Katura bisa menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Penjualan batik bapak, tidak dijual ke toko-toko lain. Batik yang diproduksi sendiri dijual sendiri ditokonya. Hingga saat ini masih ada pegawai yang merupakan saudaranya. Anak sulung Bapak Katura saat ini merupakan generasi penerus Sanggar Batik Katura untuk menggantikannya saat nanti beliau tiada. Jadi walau bapak sudah tidak ada, masih ada orang yang meneruskan dan menjaga batik ini.  “Orang yang sukses itu, orang yang cita-citanya tercapai. Sekolah bukan untuk mencapai kekayaan melainkan untuk menuntut ilmu”  itulah kata-kata yang beliau ucapkan saat selesai mewawancarainya.
Sangatlah bangga dan bahagia Bapak Katura saat itu, saat semua perjuangannya dulu bermula dari nol kini sudah terbayar dengan semua pencapaian yang diperolehnya. Kemajuan tokonya saat ini, bukan semata mata karena takdir yang Allah berikan pada beliau. Semangat dan kerja keras  lah yang membuat takdir tersebut menjadi kenyataan. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. 

                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar