.quickedit{display:none;}

Sabtu, 27 Desember 2014

Artikel Opini (Nurlaila Maidah)

Keloas, Musik Tarling Menggeser Kesenian Lain


          Keloas ati sun kaya keloas. Keberadaan musik tarling  semakin menggeser kesenian-kesenian lain yang ada di Cirebon.
            Dari sekitar 40 kesenian Cirebon, 28 kesenian dinyatakan nyaris punah, dua diantaranya dinyatakan punah, sedangkan sisanya dinyatakan masih berkembang hingga saat ini. Seperti yang dilansir oleh Republika.co.id (senin, 24/03/2014). Kini masyarakat cenderung lebih menyukai Tarling dari pada kesenian lainnya. Gitar dan suling merupakan instrument dasar dalam musik Tarling.
Pada awal perkembangan musik ini, tarling terdiri dari 2 buah gitar dan 1 buah suling bangsing. Selanjutnya, musik ini berkembang dengan beberapa penambahan instrumen musik lain sebagai pelengkap atau variasi dalam kesenian ini. Saat ini penggunaan instrumen musik Tarling tidak terbatas pada gitar, suling, gendang, ‘kecrek’/tamborin , goong, dan tutukan. Berikut ini instrumen musik yang dapat digunakan untuk memainkan karya musik Tarling, diantaranya adalah gitar (gitar melodi(lead) I, gitar melodi (lead) II, bas gitar), suling diatonis, gendang (gendang besar, ketipung), bongo, goong, kecrek, kebluk/tutukan, organ, keyboard, drum & drum digital, micro composser/musik computer, dan lain-lain. semua penambahan setiap instrumen berkembangan mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan lagu itu sendiri. Kini masyarakat lebih sering menyebut tarling dengan sebutan tarling organ tunggal.
            Karena banyaknya perpaduan musik itulah masyarkat lebih menyukai Tarling dari pada kesenian yang lainnya. Ditambah lagi lagu Tarling biasanya bertema cinta, putus cinta, tempat kenangan, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), nasib kehidupan seseorang dan lain-lain. Walaupun sebenarnya saat ini sebagian masyarakat menganggap Tarling condong ke hal yang negatif, akan tetapi sebagian masyarakat juga menganggap tarling menyenangkan.
Hal positif Tarling masa kini
            Pelestarian budaya Cirebon berkembang dengan baik dengan dukungan masyarakat yang tinggi. Tarling sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Saran penggali bakat seni bagi para pelaku, pewaris, dan masyarakat awam. Dapat dijadikan sarana profesi bagi masyarakat. Sarana atau media penyampaian pesan-pesan pembangunan, baik pembangunan fisik material maupun pembangunan mental spiritual. Masyarakat juga semakin kreatif dengan mengembangkan kesenian tersebut.
            Musik ini mengalir seperti air dalam kehidupan masyakatnya. Oleh sebab itu, ia selalu berkembang mengiringi perubahan zaman. Syair-syair dalam Tarling selalu menceritakan kisah sehari-hari yang sarat pesan moral, menggambarkan kehidupan masyarakat di pesisir pantura Jawa Barat.
            Tarling mudah diterima masyarakat dan merakyat. Mengasyikan sehingga membuat kita bergoyang bebas. Walaupun syair lagu Tarling tersebut bertemakan kesedihan, akan tetapi kita masih dapat bergoyang, sawer, reques lagu yang akan dinyanyikan dan sebagainya.
Hal negatif Tarling saat ini
            Saat ini Tarling dianggap negatif oleh sebagian masyarakat, karena adanya penyanyi-penyanyi seksi yang condong bersifat pornografi. Berlagak dipanggung memakai baju-baju seksi, dan berpoleskan make up tebal. Biasanya penyanyi-penyanyi Tarling juga bergoyang diatas panggung dengan gaya eksotis, sehingga dapat mengumbar syahwat yang dipandang tidak baik bagi mereka yang menjaga keimanannya, namun bagi yang berpikiran kotor penampilan seksi dipandang menyenangkan. Bagi artis Tarling hal semacam itu adalah wajar dan bentuk penarik perhatian agar masyarakat banyak yang tertarik. Karena jika tidak demikian maka peminatnya pun akan minim. Yang artinya mereka akan menghasilkan uang yang minim pula.
Lagu-lagu dari Tarling bergenre dewasa, atau anak dibawah umur tak seharusnya mendengarkan, melafalkan ataupun mencoba memahami lagu-lagu Tarling dan syairnya bersifat jorok. Ada pula yang menganggap musik tarling itu membosankan, pemakaian bahasa jawa pada syair  Tarling tidak dimengerti oleh para pemuda sakarang seperti pada lirik lagu “kawin paksa” (Tega nyiksa ning badan kula nelangsa),  dan lain-lain.
            Dari hal positif dan negatif itulah Tarling mendapat perhatian yang cukup besar sehingga dapat menggeser kesenian lainnya yang cenderung bersifat monoton, dan hanya sebagian masyarat saja yang dapat memainkan atau melakukannya. Sedangkan Tarling dapat menarik berbagai lapisan masyarakat, dan siapapun dapat terjun langsung menikmatinya.
            Posisi Tarling saat ini sangat kuat dan belum dapat tergeserkan oleh kebudayaan Cirebon lainnya.  Padahal masih banyak kebudayaan cirebon lainnya sama seperti tarling yang merakyat dan berisikan nasihat atau petuah.
Tergesernya kebudayaan-kebudayaan Cirebon karena musik tarling ini, mengakibatkan kebudayaan Cirebon berujung pada kepunahan. Maka dari itu saat ini Pemerintah berupaya melestarikan kebudayan-kebudayaan yang ada di Cirebon dengan menerapkan sistem pembelajaran di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu seharusnya selain pembelajaran di Sekolah kita juga melestarikannya diluar sekolah juga. Seperti ikut bergabung kesanggar-sanggar seni yang ada di Cirebon dan lain sebagainya.
Kesadaran diri untuk melestarikan budaya-budaya Cirebon sangatlah penting. Karena kesadaran adalah harus timbul dari dalam diri terlebih dahulu kemudian diterapkan dalam kehidupan.  Jika keasadran yang ada dalam diri kita saja tidak ada, bagaimana kita akan membantu melestarikan kebudayaan kita ?
Masyarakat harus lebih didorong mencintai kesenian Cirebon. Untuk itu kita sebagai pewaris kesenian yang ada didaerah kita harus ada pelestarian melalui pementasan-pementasan kesenian khas Cirebon dalam setiap event, baik di tingkat desa hingga daerah. Pemerintah dan masyarakat harus berupaya lebih giat lagi untuk melestarikan budaya Cirebon. Ikut serta dan mendukung dalam kegiatan pelestarian kebudayaan Cirebon. Untuk itu gabungkan kekuatan masyarakat agar kebudayaan Cirebon tidak tergeserkan oleh kebudayaan-kebudayaan lainnya. Jangan terkalahkan oleh kesenian yang lebih moderen, karena jika kita kalah maka kesenian kita akan lebih banyak yang musna. Maka dari itu cintai kesenian kita sendiri, agar bisa terus berkibar hingga sampai Mancan Negara.


Ditulis oleh
Nurlaila Maidah
Mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Gunung Jati Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar