HARTA KARUN DALAM GENTONG
By : Nurlaila Maidah
Saat awan hitam mengepul dan dengan tegasnya berkilat dan
bergelegar dilangit kedawung bertanda hujan akan turun, seorang pria paruh baya
dengan mengenakan baju kokoh kuning bercorak batik, memakai celana hitam, peci
hitam sibuk melayani pelanggannya yang membeli empal gentong. Nampak wajah yang
begitu bersahaja menyapa para pelanggan dengan senyuman yang lembut dilihat
dari caranya menyambut dan memperlakukan pelanggan-pelanggannya. Dengan
bangunan sederhana cat tembok putih dan kayu yang bercatkan coklat, meja kayu
panjang beralaskan lemek dan kursi kayu panjang persis meja yang disediakan,
aroma khas empal gentong dengan rempah-rempah yang khas tercium saat tutup
gentong yang berisikan empal tersebut dibuka, rumah makan empal gentong
tersebut berada di Jalan Ir. Djuanda no. 28 rt 3 rw 2 Jalan Raya Kedawung
Cirebon yang diberi nama Empal Gentong H. Khasan.
Pemilik rumah makan tersebut adalah pria kelahiran 50 tahun silam yang bernama lengkap H. Sholehudin,
merupakan ayah dari tiga orang anak
hasil penikahan dengan istrinya bernama Suharti. Yaitu orang yang menyambut ramah dengan
senyuman yang lembut tadi. H. Sholehudin beserta keluarganya tinggal di rumah
makan miliknya ini. Rumah makan tersebut menggantet dengan rumahnya yang berada
dibelakang rumah makan.
Ia mengungkapkan bahwa empal gentong H.
Khasan telah berdiri dari tahun 50an. “ Empal gentong H. Khasan ini udah berdiri
dari sekitar tahun 50an” . Ucapnya H. Sholehudin sambil tersenyum ramah.
Berdirinya empal gentong H. Khasan merupakan hasil turun temurun dari keluarga Suharti
yaitu istri H. Sholehudin. “ yang mendirikannya yaitu oleh bapak H. Khasan ,
bapak H. Khasan ini merupakan kakek dari istri saya”. Ungkapnya. Dan ternyata
nama rumah makan H. Khasan sendiri karena rumah makan empal gentong tersebut
didirikan oleh kakek istri H. Sholehudin yaitu H. Khasan.
Keramaian lalu lintas di Jalan Raya
Kedawung ini membuahkan hasil yang cukup fantastis dan memang tak terbantahkan
lagi. Menurut H. Sholehudin setiap harinya rumah makan empal gentong H. Khasan
ini menghabiskan kurang lebih 6kg daging sapi sehingga jika dikalkulasikan
dapat mengahasilkan 500ribu sampai 1juta per hari. Biasanya ia membuka rumah
makan tersebut dari jam sembilan pagi hingga sembilan malam dan buka setiap
hari kecuali bulan puasa. “ saya ga buka kalau bulan puasa, ga mau buka karena
saya mengahargai orang yang lagi puasa, dosa juga kan kalau saya buka saat
bulan puasa, sama aja menggoda mereka yang lagi puasa”. Katanya. Ternyata H.
Khasan sangat religius dilihat dari pakaiannya dan ketika bulan puasa pun rumah
makan miliknya tidak buka sama sekali, menurut warga sekitarpun H. Khasan
adalah imam musholah yang berada didekat rumahnya itu.
Dengan penghasilannya kini selain dapat
mencukupi kebutuhan keluarganya ia juga berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga
tingkat perguruan tinggi. “anak saya yang pertama udah kuliah diluar negeri
walaupun dengan beasiswa, kemudian anak saya yang kedua kuliah di UNJ dengan
beasiswa juga, dan anak saya yang ketiga kuliah disekitar sini aja, karena dia
perempuan jadi saya melarangnya kuliah jauh-jauh saya khawatir”. Ungkap H.
Sholehudin. Kini istrinya juga merambah dunia bisnis lainnya yaitu dengan
menjual bawang goreng yang telah terkemas rapih dibantu oleh para karyawannya. Jika
bukan karena ketekunannya ini tidak mungkin H. Sholehudin dapat menyekolahkan
anak-anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Rumah makan empal gentong H. Khasan saat
ini telah memiliki 4 karyawan yang setiap harinya membantu bapak H. Sholehudin
beserta istri. Beliau menceritakan, dulu hanya dirinya beserta istri yang
melayani dan mengelolah, akan tetapi dengan kegigihannnya lambat laun empal
gentong yang ia kelolah mengalami kemajuan hingga akhirnya ia dapat
mempekerjakan 4 karyawan. Biasanya karyawan-karyawannya mempunyai tugas masing-masing,
ada yang membantu di rumah makan, dan ada pula yang membantu istri H.
Sholehudin yaitu mengupas bawang yang kemudian akan dijadikan bawang goreng
yang siap saji.
Kini empal gentong H. Khasan yang ia
kelolah telah merambah keberbagai daerah sekitar Kabupaten Cirebon. Sebenarnya
pusat empal gentong H. Khasan ini berada di daerah Jamblang, akan tetapi karena
daerah Kedawung merupakan daerah yang cukup ramai maka bapak H. Sholehudin
mengelolah dan menempati rumah makan empal gentong H. Khasan yang berada di
Jalan Raya Kedawung. Jadi rumah makan empal gentong H. Khasan yang berada di
daerah Jamblang tersebut dikelolah oleh Sukirno adik dari Suhati istri H.
Sholehudin, kemudian ada pula di daerah pasar Tegal Gubug yang dikelolah oleh
adik Suharti juga yaitu Suharjo.
Walaupun ia hanya meneruskan warisan
dari keluarganya akan tetapi dalam dunia bisnis apalagi kuliner pasti ada
pasang surut dan persaingan antar pengusaha. Namun H. Sholehudin beserta istri
tidak pernah menyerah dan terus mempertahankan hasil warisan dari keluarga
istrinya ini. Dengan banyaknya persaingan bisnis juga ia mengaku bahwa ia terus
mempertahankan dan menggunakan resep turun temurun hingga kini tanpa mengubah
atau mengilangkan satu bahan pun. Dengan mempertahankan resep turun temurun itu
berarti menjaga cita rasa empal gentong itu sendiri, karena jika tidak
mempertahankan dan menggunakan resep yang digunakan turun temurun itu bisa
merubah kualitas dan cita rasa dari empal gentong itu sendiri.
Tujuan dari mempertahankan rumah makan
empal gentonya ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup akan tetapi
mempertahankan dan menjalankan warisan leluhurnya secara ikhlas dan sabar. Dalam
dunia bisnis juga harus adanya manajemen keuangan. “harus bisa ngelola uang,
kalau lagi surut ya harus dikelola bagaimana pun caranya biar tetep bisa buat
belanja bahan-bahan”. Ujar H. Sholehudin.
H. Sholehudin berharap “empal gentong
itu kan khas Cirebon, jadi saya berharap agar warisan leluhur kita ini jangan
terabaikan, apa lagi ditinggalkan”. Ungkapnya. Warisan budaya adalah sebuah
peninggalan yang sebenarnya sangat berharga sekali, jika warisan budaya kia
semakin dikenal banyak oarang maka yang bangga adalah kita sendiri, seperti
halnya rendang yang sudah mendunia dan disukai banyak orang didunia ini, maka
jika rendang saja dapat mendunia jadi empal gentong juga diusahakan dapat
mendunia dengan cara tetap mewariskan dan melestarikan resepnya.
Selain itu jika seorang dapat bersabar
dan ikhlas maka semuanya akan menjadi mudah. Jika seorang tidak sabar hanya
memendam emosi maka apapun yang ia kerjakan akan menjadi berantakan dan tak
sesuai harapan. “kuncinya yaitu karena dalam dunia usaha itu ada pasang
surutnya maka harus sabar dalam menghadapi keadaan tersebut.” Ucapnya dengan
lirih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar