“Akhir Dari Kesabaran
Yang Berbuah Manis”
(Angie Septiani)
Negara
Indonesia terdiri dari berpuluh-puluh ribu pulau. Ratusan bahkan mungkin ribuan
suku dan budaya, begitu pula dengan
aneka macam batik yang dimiliki Indonesia. Batik merupakan pakaian khas dari Indonesia yang sudah di
akui oleh UNESCO pada tahun 2009 dan sudah menjadi sebuah identitas bagi
pemakainya. Batik mempunyai berbagai macam motif dan corak yang berbeda
dibeberapa daerah Indonesia yang mempunyai arti dan maknanya tersendiri. Batik
hampir dapat kita temui hampir diseluruh daerah Indonesia. Corak dan motif dari
masing-masing daerah pun berbeda seperti Yogyakarta, Banyumas, Solo, Bali,
Aceh, Cirebon, dan masih banyak lagi.
Lelaki yang satu ini umurnya sudah lebih
dari setengah abad dengan rambutnya yang sudah berubah keseluruhannya menjadi warna
putih, bahasa yang digunakan pun campuran antara bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia, wajah yang sudah mempuyai kerutan diarea sekitar mata, tetapi masih
kelihatan sehat dan bersemangat. Saat itu, beliau memakai kemeja berwarna merah
dengan bermotif batik mega mendung. Sangat terlihat jelas dari pakaian yang
dikenakannya, bahwa beliau sangat mencintai batik. Lelaki tersebut bernama Bapak
Katura A.R, Pemilik Sanggar Batik Katura di
jln.Syekh Datul kahfi Trusmi Kabupaten Cirebon beliau berusia 62 tahun yang sangat peduli dengan
seni dan budaya, khususnya batik. Beliau dilahirkan di Trusmi pada tanggal 15
Desember 1952. Beliau anak ke 9 dari 10 bersaudara. Beliau anak dari
Ranima dan Kasmin, beliau dari kelurga pengrajin batik. Semasa kecil, beliau
selalu membantu bapak dan ibunya. Mulai dari usia 11 tahun sepulang sekolah
beliau membantu bapak dan ibunya membuat batik dengan keuletannya, karyanya pun
sangat bagus. Sanggar Batik Katura merupakan
sanggar batik yang didirikan secara turun temurun oleh setiap generasi dikeluarga
bapak Katura.
Dengan
usianya yang sudah tidak muda lagi, Bapak Katura masih saja menyibukkan dirinya
dengan memantau pekerja batik tulis dan para pekerjanya yang sedang membuat
pewarnaan alami untuk batik yang diproduksinya. Pekerja yang bekerja dengan
Bapak katura adalah saudara dekatnya. Karena beliau saat itu belum bisa
menggaji pekerja, jadilah para saudara-saudara beliau yang membantu usahanya. Selain
memproduksi batik, Sanggar Katura juga menerima pelatihan membatik bagi siapa
saja yang ingin merasakan membuat batik hasil karyanya sendiri. Pelatihan batik
baru ada pada tahun 90-an, untuk Umum Sanggar Batik Katura mematok harga Rp.
50.000 per orang dan untuk siswa Rp.
40.000 per siswa. Sungguh hebat beliau ini, walau kondisinya yang mulai menua beliau
masih saja bersemangat untuk memajukan batik, terutama batik Cirebon agar
dikenal oleh Negara luar. Sampai didirikannya pelatihan batik, untuk
mengenalkan pada generasi muda cara pembuatan batik terutama batik tulis. Pada
zaman sekarang ini saat semuanya memakai cara “CAP” dalam pembuatan batiknya,
di Sanggar Batik Katura pembuatannya masih mempertahankan pembuatan secara
tulis yang cendrung agak susah. Namun, dengan begitu Sanggar Batik Katura memiliki
kekhasan tersendiri dari toko pengrajin batik lainnya. Menurut beliau “Sekilas
Batik Tulis yang menggunakan Cating dan Lilin akan terlihat beda dibandingkan
dengan batik yang pembuatannya memakai cara “CAP”, keindahan pada batik tulis
sangat nyata terlihat oleh mata ketimbang yang menggunakan “CAP” ,
ujarnya.
Dari semua macam-macam motif batik yang
ada, motif yang hanya diminati oleh masyarakat ada dua macam yang pertama ada
Batik motif Keraton dan Batik motif Pesisir. Tetapi dari dua itu, hanya batik
bermotif pesisir saja yang banyak peminatnya itu dikarenakan batik bermotif
pesisir ini warnanya bermacam-macam, motif yang menggunakan flora dan fauna
baik dari darat maupun dari laut warnanya
juga cendrung terang.
Usaha
turun menurun yang sekarang dirintisnya kini, dulu hanya dijual dipekarangan
rumahnya saja rumah tersebut juga merupakan rumah turunan. Karena menjualnya
hanya dirumah jadi hanya penduduk sekitar rumah lah yang datang untuk membeli.
Itu pun tidak banyak orang yang berkunjung untuk membeli. Tetapi dengan rasa
gigih yang luar biasa, semangat beliau mempertahankan batik dan seiring
berjalannya waktu, batik-batik beliau semakin dikenal masyarakat luas. Dan pada
akhirnya, Bapak Katura bisa membuat sebuah toko khusus untuk menjualkan hasil
batiknya tersebut. Tepat didepan rumahnya yang dulu sebagai tempat sementara
menjualkan batik-batiknya, sekarang Bapak Katura bisa membuat sebuah toko untuk
diisi oleh berbagai hasil batik yang diproduksi sendiri oleh Sanggar Batik Katura.
Toko yang tidak begitu besar, namun bisa menampung berbagai hasil
batik-batiknya ini kini sangat ramai banyak dikunjungi oleh berbagai masyarakat
Indonesia. Bahkan, pada waktu masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono serta didampingi istri tercinta yaitu Ibu Ani
Yudhono saat beliau berkunjung ke Kota Cirebon bapak presiden kita ini meyempatkan
diri mampir ke Sanggar Batik Katura untuk melihat-lihat hasil batik Bpk Katura dan membeli beberapa batik sebagai buah
tangan atas kunjungannya ke Kota Cirebon.
Apakah peminat batik bapak saat ini
hanya masyarakat dalam negri saja? “ Saat ada acara di Sanggar Batik Katura,
yaitu Indonesia Wo Tonoshimukai saat itu peminat batik adalah orang-orang dari
Negri Jepang, saai itu 80% peminatnya karena mereka menyukai motif batik yang
masih original. Mereka pernah membeli batik dari sanggar bapak ini mulai dari
harga Rp. 500.000 hingga harga Rp. 15.000.000” jawab beliau dengan lugas. Pendapatan
Bapak Katura sekarang sudah mencapai Rp. 1.000.000; per bulan, dengan
penghasilan yang cukup besar Bapak Katura bisa menyekolahkan anaknya hingga
jenjang perguruan tinggi. Penjualan batik bapak, tidak dijual ke toko-toko
lain. Batik yang diproduksi sendiri dijual sendiri ditokonya. Hingga saat ini
masih ada pegawai yang merupakan saudaranya. Anak sulung Bapak Katura saat ini
merupakan generasi penerus Sanggar Batik Katura untuk menggantikannya saat
nanti beliau tiada. Jadi walau bapak sudah tidak ada, masih ada orang yang
meneruskan dan menjaga batik ini. “Orang
yang sukses itu, orang yang cita-citanya tercapai. Sekolah bukan untuk mencapai
kekayaan melainkan untuk menuntut ilmu”
itulah kata-kata yang beliau ucapkan saat selesai mewawancarainya.
Sangatlah
bangga dan bahagia Bapak Katura saat itu, saat semua perjuangannya dulu bermula
dari nol kini sudah terbayar dengan semua pencapaian yang diperolehnya. Kemajuan
tokonya saat ini, bukan semata mata karena takdir yang Allah berikan pada
beliau. Semangat dan kerja keras lah
yang membuat takdir tersebut menjadi kenyataan. Dimana ada kemauan disitu ada
jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar